A. Pengertian Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan (natijah) yang berupa
pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
'berpikir', dan bukan hanya dengan 'perasaan' saja. Tidak semua kegiatan
berpikir harus menyandarkan diri pada penalaran. Tidak semua kegiatan berpikir
harusbersifat logis dan analitis.Penalaran
juga merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menentukan kebenaran.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir,
merasa, bersikap, dan bertindak.Sikap dan tindakannya yang bersumber pada
pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir.Meskipun
pernah dikatakan BLAISE PASCAL (1623-1662)
bahwa hatipun mempunyai logika tersendiri, namun patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir itu harus menyandarkan diri pada penalaran.
B.
Proposisi
Adalah “pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta
mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”.
Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak
boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S +
K + P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d.
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d.
tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang
pembilang nya sudah jelas
berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank
Mega, Alfamart, Sampurna,
Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau
rangkaian beberapa kata untuk diterangkan
atau kalimat yang dapat berdiri
sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah,
yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat,
kata keterangan, kata kerja).
Contoh :
1. Gedung Balai Kota Jakarta terletak 500 meter dari Monumen Nasional.
Jawaban :
1. Cari P (kata bendanya dulu) : Gedung Balai Kota Jakarta atau Monumen
1. Cari P (kata bendanya dulu) : Gedung Balai Kota Jakarta atau Monumen
Nasional.
2. Pasang K (kopula) yang cocok : adalah
3. Bentuk S (subjek) yang relevan : (lihat contoh)
4. Cari bentuk Q – nya yang sesuai.
3. Bentuk S (subjek) yang relevan : (lihat contoh)
4. Cari bentuk Q – nya yang sesuai.
Benar :
Sebuah + gedung yang terletak 500 meter dari Monumen Nasional+ adalah +
gedung Balai Kota Jakarta.
Salah
500 meter + dari Monumen Nasional+ adalah + gedung Balai Kota Jakarta.
C. Inferensi dan
Implikasi
Setiap proposisi mencerminkan dua macam kemungkinan. Pertama, ia merupakan
ucapan faktual sebagai akibat dari pengalaman atau pengetahuan seseorang
mengenai sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat juga merupakan pendapat atau
kesimpulan seseorang mengenai satu hal. Kata inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari
bahasa latin, yaitu dari kata implicare yang
Berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, dan bidang ilmiah
lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang
diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu
dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.
Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berfikir yang logis harus
disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi,
dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi.
D.
Wujud Evidensi
Wujud Evidensi merupakan
semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang
dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai
evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau
penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau
informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan
yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
E.
Cara
Menguji Fakta
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan
informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang
sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu
mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan
sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya
seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
a. Konsistensi
Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan
digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat
dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat
konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi
lainnya.
b. Koheresi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang
dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan
sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman
manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan
para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran
yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain,
yaitu konklusinya.
F. Cara Menguji Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua
desas-desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan
membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang
sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental. Apa
yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa pendapat
autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang dapat dilakukan adalah
membandingkan-bandingkan autoritas-autoritas itu, mengadakan evaluasi atas
pendapat-pendapat itu untuk menemukan suatu pendapat yang dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih
beberapa pokok berikut.
a. Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat
autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, artinya pendapat itu
disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri.
Autoritas juga tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data
eksperimentalnya. Untuk mengetahui apakah autoritas itu tidak memperoleh
keuntungan pribadi dari pendapat dan kesimpulannya, penulis harus memperhatikan
apakah autoritas itu mempunyai interest yang khusus terhadap sesuatu.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu
autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Semua itu
diperlukan untuk memperkokoh kedudukan pendapatnya, berdasarkan
pengalaman-pengalaman dan penelitian-penelitian yang dilakukannya. Tetapi
sekurang-kurangnya pendidikan serta pengalaman-pengalaman sebagai tampak dari
tulisan-tulisan hasil penelitiannya akan memberi keyakinan pada penulis tentang
autoritasnya.
c. Kemashuran dan prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas
adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai
autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi
di bidang lain. Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena
prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Akan sangat
salah ketika pendapatnya itu diambil dari orang yang tidak kompeten pada
bidangnya dan dikutip dan diperlakukan sebagai autoritas tanpa mengadakan
penilaian sampai dimana kebenaran pendapatnya itu.
d. Koherasi dan kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah pendapat
yang diberikan oleh autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
jaman, atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.Pengetahuan
dan pendapat terakhir tidak selalu berarti yang terbaik. Tetapi harus diakui
bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat
terakhir dari ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena
autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk
membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan
keburukannya atau kelemahannya, sehingga dapat mencetuskan pendapat yang lebih
baik.
Sumber :
http//wikipedia.com
0 komentar:
Posting Komentar